A.
LATAR BELAKANG
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang
dari ilmu-ilmu[1]. Filsafat
merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang
lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah
fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang
secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan.[2]
Masing-masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan
pula sub-sub ilmu pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus
lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat
dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari
ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan dengan
patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang.
Dalam kajian sejarah dapat dijelaskan bahwa perjalanan manusia telah
mengantarkan dalam berbagai fase kehidupan[3].
Sejak zaman kuno, pertengahan dan modern sekarang ini telah melahirkan sebuah
cara pandang terhadap gejala alam dengan berbagai variasinya. Proses
perkembangan dari berbagai fase kehidupan primitip–klasik dan kuno menuju manusia modern telah melahirkan
lompatan pergeseran yang sangat signifikan pada masing-masing zaman. Disinilah
pemikiran filosofis telah mengantarkan umat manusia dari mitologi oriented pada satu arah menuju pola pikir ilmiah ariented, perubahan dari pola
pikir mitosentris ke logosentris dalam berbagai segmentasi
kehidupan.[4]
Corak dari pemikiran bersifat mitologis (keteranganya didasarkan
atas mitos dan kepercayaan saja) terjadi pada dekade awal sejarah manusia.
Namun setelah adanya demitologisasi oleh para pemikir alam seperti
Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-528 SM), Phitagoras (532 SM), Heraklitos
(535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta banyak lagi pemikir lainnya, maka
pemikiran filsafat berkembang secara cepat kearah kemegahanya diikuti oleh
proses demitologisasi menuju
gerakan logosentrisme[5].
Demitologisasi tersebut disebabkan oleh arus besar gerakan rasionalisme[6],
empirisme[7]
dan positivisme[8]
yang dipelopori oleh para pakar dan pemikir kontemporer yang akhirnya mengantarkan
kehidupan manusia pada tataran era
modernitas yang berbasis pada pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai
penerusan pengembangan filsafat umum. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat
menempatkan objek sasarannya Ilmu (Pengetahuan). Permasalahan yang akan kita jelajahi
dalam penulisan makalah ini difokuskan pada pembahasan tentang: “Filsafat dan Filsafat
Ilmu Sebagai upaya konseptualisasi dan identifikasi”. Disini dipaparkan
deskripsi awal tentang sejumlah kajian yang menyangkut tentang sub bab-subbab
yakni : Pengertian Filsafat, Definisi filsafat ilmu, Obyek material dan formal
filsafat ilmu, Lingkup filsafat ilmu dan subsatnsi permasalahan problem –
problem filsafat ilmu
B.
Pengertian Filsafat
Problem identifikasi untuk
memberikan pengertian dalam khazanah
intelektual seringkali melahirkan perdebatan-perdebatan yang cukup rumit dan
melelahkan. Hampir dalam setiap diskusi berbagai ilmu seringkali terdapat
penjelasan – penjelasan pengertian yang
tidak jarang memunculkan pengertian-pengertian yang beragam.
Keberagaman pengertian ini disebabkan berbagai
arah sudut pandang dan focus yang berbeda-beda diantara para pakar dalam
memberikan identifikasi[9].
Dan ini merupakan sebuah kemakluman sebab kajian ilmu adalah kajian abstraksi
konseptual maka sangat dimungkinkan masing-masing subyek (para pemikir ) memiliki perbedaan
dalam menggunakan paradigma identifikasinya atau proses menemukan makna dalam
sebuah kajian keilmuan. Peradigma tersebut akan menjadi acuan bagi pemikir
untuk menentukan sebuah tolok ukur kebenaran dari asumsi-asumsi pembentuk dari
konsepnya tersebut. Termasuk dalam persoalan ini adalah apakah yang dimaksud
dengan filsafat? Berbagai
jawaban yang sangat beragam dapat ditemukan dalam berbagai literatur.
1.
Arti bahasa
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa
Indonesia merupakan kata serapan
dari bahasa Arab,
yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia.[10]
Dalam bahasa ini, kata ini merupakan
kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia (= persahabatan, cinta
dsb.) dan sophia (= “kebijaksanaan”). Sehingga arti lughowinya (semantic)
adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Sejajar dengan kata filsafat, kata filosofi
juga dikenal di Indonesia dalam maknanya yang cukup luas dan sering digunakan
oleh semua kalangan..
Ada juga yang mengurainya
dengan kata philare[11]
atau philo yang berarti cinta dalam arti yang luas yaitu “ingin” dan
karena itu lalu berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Kemudian dirangkai dengan kata Sophia
artinya kebijakan, pandai dan pengertian yang mendalam. Dengan mengacu pada konsepsi ini maka dipahami bahwa filsafat dapat
diartikan sebagai sebuah perwujudan dari keinginan untuk mencapai pandai dan
cinta pada kabijakan[12].
Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula.
Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang
mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis ,
mendeteksi problem secara radikal,
mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk
solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah
proses kerja
ilmiah.
Berkaitan dengan konsep filsafat Harun Nasution tanpa keraguan
memberikan satu penegasan bahwa filsafat dalam khazanah islam menggunakan
rujukan kata yakni falsafah[13].
Istilah filsafat berasal dari bahasa arab oleh karena orang arab lebih dulu
datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia dibanding dengan bahasa-
bahasa lain ke tanah air Indonesia. Oleh
karenanya konsistensi yang patut dibangun adalah penyebutan filsafat dengan kata falsafat.[14]
Pada sisi yang lain kajian filsafat dalam wacana muslim juga sering
menggunakan kalimat padanan Hikmah sehingga ilmu filsafat dipadankan dengan
ilmu hikmah. Hikmah digunakan sebagai
bentuk ungkapan untuk menyebut makna kearifan, kebijaksanaan. sehingga dalam
berbagai literature kitab-kitab klasik dikatakan bahwa orang yang ahli kearifan
disebut Hukama’. Seringkali pula ketika dikaji dalam berbagai literature
kitab-kitab pesantren muncul ungkapan-ungkapan dalam sebuah tema dengan konsep yang dalam bahasa arabnya
misalnya kalimat ‘wa qala min ba’di al hukama….”[15].
dan juga sejajar dengan kata al-hakim yang mengandung arti bijaksana. Misalnya
ayat yang berbunyi: mereka menjawab: "Maha suci Engkau,
tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana [al
baqarah 2: 32]."
Artinya: serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.(An Nahl:125)
Dalam terjemahan Depag ditafsiri bahwa Hikmah ialah Perkataan yang
tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil[16].
Sementara Al Jurjani –sebagaimana
dikutip oleh Amsal Bakhtiar—memberikan penjelasan tentang hikmah, yaitu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang ada
menurut kadar kemampuan manusia.[17]
Perkataan filsafat dalam bahasa Inggris digunakan istilah philosophy
yang juga berarti filsafat yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan.
Unsur pembentuk kata ini adalah kata philos dan sophos. Philos
maknanya gemar atau cinta dan sophos artinya bijaksana atau arif (wise).[18]
Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti
cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia ternyata luas sekali,sophia
tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama,
pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian
pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis yang
bertumpu pangkal pada konsep-konsep aktivitas –aktivitas awal yang disebut pseudoilmiah dalam kajian ilmu.
Secara lughowi (semantic) filsafat berarti cinta
kebijaksanaan dam kebenaran. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang ada
dari kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta
hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika
dan teori pengetahuan. Maka problem pengertian filsafat dalam hakekatnya memang
merupakan problem falsafi yang kaya
dengan banyak konsep dan pengertian.
2. Arti istilah
Sejumlah literatur mengungkapkan, orang yang pertama memakai istilah
philosophia dan philosophos ialah Phytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli
matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang
menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta
kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata
oleh Tuhan. Kemudian, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui
sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf
yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan
Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan
terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan
kaidah-kaidahnya.
Menurut sejarah kelahirannya istilah filsafat terwujud sebagai sikap
yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan
yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan
pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus
menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran.
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran.
Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala
alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks.
Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat
"filsafat tentang" sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang tuhan
(akhirat), tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dsb.. Semua selalu dikembalikan ke empat bidang
induk: Pertama, filsafat tentang
pengetahuan; obyek materialnya,: pengetahuan ("episteme") dan
kebenaran, epistemologi; logika; dan kritik ilmu-ilmu; Kedua, filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan, obyek
materialnya: eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat), metafisika umum
(ontologi); metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi
(tentang alam semesta); teologi (tentang tuhan); Ketiga filsafat tentang
nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: obyek material : kebaikan dan
keindahan,etika; dan estetika; Keempat . sejarah filsafat; menyangkut dimensi
ruang dan waktu dalam sebuah kajian[19].
Jika dikelompokkan secara kerakterisitik cara pendekatannya, dalam
filsafat dikenal ada banyak aliran
filsafat.[20] Ciri pemikiran
filsafat mengacu pada tiga konsep pokok yakni persoalan filsafat bercorak
sangat umum, persoalan filsafat tidak bersifat empiris, dan menyangkut
masalah-masalah asasi.[21]
Kemudian Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai berikut.[22]
1)
Filsafat adalah berpikir secara
kritis.
2)
Filsafat adalah berpikir dalam
bentuknya yang sistematis.
3)
Filsafat menghasilkan sesuatu
yang runtut.
4)
Filsafat adalah berpikir secara
rasional.
5)
Filsafat bersifat komprehensif.
Jadi berfikir filsafat mengandung makna berfikir tentang segala sesuatu
yang ada secara kritis, sistematis,tertib,rasional dan komprehensip.
- Definisi Filsafat Ilmu
Rosenberg menulis “ Philosophy
deals with two sets of questions: First, the questions that science – physical,
biological, social, behavioral –. Second, the questions about why the sciences
cannot answer the first lot of questions”.[23]
Dikatakan bahwa filsafat dibagi dalam dua buah pertanyaan utama, pertanyaan
pertama adalah persoalan tentang ilmu (fisika,biologi, social dan budaya) dan
yang kedua adalah persoalan tentang duduk perkara ilmu yang itu tidak terjawab pada persoalan yang
pertama. Dari narasi ini ada dua buah konsep filsafat yang senantiasa
dipertanyakan yakni tentang apa dan bagaimana. Apa itu ilmu dan bagaimana ilmu
itu disusun dan dikembangkan. Ini hal sangat mendasar dalam kajian dan diskusi
ilmiah dan ilmu pengetahuan pada umumnya.yang satu terjawab oleh filsafat dan
yang kedua dijawab oleh kajian filsafat ilmu.
Beberapa penjelasan mengenai filsafat
tentang pengetahuan. Dipertanyakanlah hal-hal misalnya : Apa itu
pengetahuan? Dari mana asalnya? Apa ada kepastian dalam pengetahuan, atau
semua hanya hipotesis atau dugaan belaka? Teori pengetahuan menjadi inti
diskusi, apa hakekat pengetahuan, apa unsur-unsur pembentuk pengetahuan,
bagaimana menyusun dan mengelompokkan pengetahuan, apa batas-batas pengetahuan,
dan juga apa saja yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan.[24]
Disinilah filsafat ilmu memfokuskan kajian dan telaahnya. Yakni pada sebuah kerangka konseptual yang
menyangkut sebuah system pengetahuan
yang di dalamnya terdapat hubungan
relasional antara, pengetahu /yang mengetahui (the Knower) dan yang
terketahui /yang diketahui (the
known) dan juga antara pengamat (the
observer) dengan yang diamati (the observed).[25]
Pengertian-pengertian tentang
filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai buku maupun karangan ilmiah.
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang
pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada
hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari
pengetahuan baru.
Tabel 1. Perbedaan Perkembangan Ilmu
Yunani
|
Pertengahan
|
Renaissence
|
Modern
|
Kontemporer
|
|
Zaman Pra Yunani Kuno
|
Zaman Yunani Kuno
|
||||
Abad
15-7 SM
|
Abad 7-2 SM
|
Abad 2-14 M
|
Abad 14-17 M
|
Abad 17-19 M
|
Abad 20 – Sekarang
|
Mitos
Logos
|
Filsafat
|
Anchilia Theologia
|
Animal rationale
|
Rasionalisme
Empirisme
Idealisme
Positivisme
|
Fenomenalogi
|
Filsafat
|
Theologi
|
Abad 20-sekarang
|
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1)
Zaman Pra Yunani (Abad XV-VII
SM)
-
Know how didasarkan pada pengalaman.
-
Pengetahuan yang didasarkan
pengetahuan itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind. Keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
-
Kemampuan menemukan abjad dan
sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat
abstraksi.
-
Kemampuan menulis, berhitung
dan menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi
yang dihasilkan.
-
Kemampuan meramalkan suatu
peristiwa berdasarkan peristiwa-peristiwa sebelum yang pernah terjadi. Misalnya
gerhana bulan dan gerhana matahari.
2)
Zaman Yunani Kuno (Abad VII-II SM)
-
Zaman keemasan filsafat, karena
pada zaman ini orang bebas untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapat.
-
Tidak lagi mempercayai
mitologi.
3)
Zaman Pertengahan (Abad II-XIV
M)
-
Ditandai dengan tampilnya para
teolog di lapangan ilmu pengetahuan.
-
Semboyan Ancillia Theologia
-
Peradapan dunia Islam
memberikan sumbangan di bidang astronomi terutama pada zaman Bani Umayyah (abad
7 M).
4)
Zaman Renaissance (XIV-XVII M)
-
Era kebangkitan kembali
pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama.
-
Agama dan filsafat dipisahkan,
agama (keyakinan) sedangkan filsafat (spekulasi/pemikiran).
-
Manusia disebut sebagai animal rationale
5)
Zaman Modern (Abad XVII-XIX M)
-
Ditandai dengan berbagai
penemuan ilmiah.
-
Bersifat antroposentris.
-
Benua Eropa sebagai basis
perkembangan ilmu pengetahuan.
-
Terdapat aliran perkembangan
ilmu rasionalisme, empirisme dan
kriticisme.
6)
Zaman Kontemporer (Abad 20 –
Sekarang)
-
Fisika dipandang sebagai dasar
ilmu pengetahuan yang subyek materinya mengandung unsur fundamental yang
membentuk alam semesta.
-
Tumbuh ilmu-ilmu cabang dan
filsafat mulai ditinggalkan.
Untuk memahami arti dan makna
filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa
ahli yang terangkum dalam sejumlah literatur kajian Filsafat Ilmu.[26]
·
Robert Ackerman “philosophy
of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by
comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not
a discipline autonomous of actual scientific paractice”.
(Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan
kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap
kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah
secara aktual.
·
Lewis White Beck “Philosophy
of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries
to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole.
(Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai
suatu keseluruhan)
·
Cornelius Benjamin “That
philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science,
especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in
the general scheme of intellectual discipines.
(Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah
sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.)
·
Michael V. Berry “The study
of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment
and theory, i.e. of scientific methods”.
(Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori
ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode
ilmiah.)
·
May Brodbeck “Philosophy of
science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and
clarifications of science.”
(Analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
·
Peter Caws “Philosophy of
science is a part of philosophy, which attempts to do for science what
philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does
two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the
universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it
examines critically everything that may be offered as a ground for belief or
action, including its own theories, with a view to the elimination of
inconsistency and error.
(Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang
mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh
pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini
membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya
sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat
memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan
bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan
pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
·
Stephen R. Toulmin “As a
discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the
elements involved in the process of scientific inquiry observational
procedures, patens of argument, methods of representation and calculation,
metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of
their validity from the points of view of formal logic, practical methodology
and metaphysics”.
(Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba
pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan
ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode
penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan
seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Dari paparan pendapat para pakar
dapat disimpulkan bahwa pengertian
filsafat ilmu itu mengandung konsepsi dasar yang mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1)
sikap kritis dan evaluatif
terhadap kriteria-kriteria ilmiah
2)
sikap sitematis berpangkal pada
metode ilmiah
3)
sikap analisis obyektif, etis
dan falsafi atas landasan ilmiah
4)
sikap konsisten dalam bangunan
teori serta tindakan ilmiah
Selanjutnya John Losee dalam bukunya
yang berjudul,A Historical Introduction to the Philosophy of Science,
Fourth edition, mengungkapkan bahwa : The philosopher of science seeks answers
to such questions as:
1)
What characteristics
distinguish scientific inquiry from other types of investigation?
2)
What procedures should
scientists follow in investigating nature?
3)
What conditions must be
satisfied for a scientific explanation to be correct?
4)
What is the cognitive
status of scientific laws and principles?[27]
Dari ungkapan tersebut terdapat
sebuah konsep bahwa tugas dari pemikir filsafat ilmu itu untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan
persoalan yang menyangkut: pertama, apa yang menjadi perbedaaan ilmiah
karakteristik type masing – masing ilmu ntara satu ilmu dengan ilmu lainnya melalu penelitian. Kedua Prosedur apa yang
harus dilakukan secara ilmiah dalam melakukan penelitian atas kenyataan yang
terjadi di alam?, Ketiga apa
yang mestinya dilakukan dalam mendapatkan penjelasan
ilmiah untuk melakukan penelitian dan
eksperimen itu ? Dan keempat apakah teori itu dapat diambil sebagai konsep
dan prinsip-prinsip ilmiah?.
Sehingga
sketsa filsafat ilmu dapat di gambarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:[28]
Level
|
Disciplin
|
Subject-matter
|
2
|
Philosophy of Science
|
Analysis of the Procedures and Logic of Scientific Explanation
|
1
|
Science
|
Explanation of Facts
|
0
|
Facts
|
Dengan memperhatikan tabel diatas
secara jelas ditampilkan bahwa filsafat ilmu menempati level ke-2 sedangkan
ilmu (science) pada level pertama dan
semuanya pada satu pangkal pokok yakni fakta (kenyataan) menjadi basis utama
bangunan segala disiplin ilmu. Kalau ilmu itu menjelaskan Fakta sementara
filsafat ilmu itu subyek materinya adalah menganalisa prosedur-prosedur logis
dari ilmu (Analysis of the Procedures and Logic of Scientific Explanation).
- Lingkup Filsafat Ilmu
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh
gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis,
epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji
hakikat ilmu, seperti :
·
Obyek apa yang ditelaah ilmu ?
Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek
tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan
ontologis)
·
Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar?
Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
·
Untuk apa pengetahuan yang
berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut
dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(Landasan aksiologis). [29]
Sedangkan di dalam introduction-nya Stathis
Psillos and martin Curd menjelaskan
bahwa filsafat ilmu secara umum menjawab pertanyaan – pertanyaan yang meliputi
:
·
apa tujuan dari ilmu dan apa itu metode ? jelasnya apakah ilmu itu
bagaimana membedakan ilmu dengan yang bukan ilmu (non science) dan juga
pseudoscience?
·
bagaimana teori ilmiah dan
hubungannya dengan dunia secara luas ? bagaiman konsep teoritik itu dapat lebih
bermakna dan bermanfaat kemudian dapat dihubungkan dengan penelitian dan
observasi ilmiah?
·
apa saja yang membangun
struktur teori dan konsep-konsep seperti misalnya causation(sebab-akibat dan illat), eksplanasi
(penjelasan), konfirmasi, teori, eksperimen, model, reduksi dan sejumlah
probabilitas-probalitasnya?.
·
apa saja aturan – aturan dalam pengembangan
ilmu? Apa fungsi eksperimen ? apakah ada kegunaan dan memiliki nilai (yang mencakup kegunaan epistemic atau
pragmatis) dalam kebijakan dan bagaimana
semua itu dihubungkan dengan kehidupan social, budaya dan factor-faktor gender?
[30]
Dari paparan ini dipertegas bahwa
filsafat ilmu itu memiliki lingkup pembahasan yang meliputi: cakupan pembahasan
landasan ontologis ilmu, pembahasan mengenai landasan epistemologi ilmu, dan
pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.[31]
- Obyek Material dan Obyek Formal Filsafat Ilmu
Ilmu filsafat memiliki obyek material
dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan
(materi) pembicaraan. Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran
menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek
material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge)
pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.[32]
Obyek formal adalah cara pendekatan yang
dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau
mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien,
maka dihasilkanlah sistem filsafat ilmu.
Filsafat berangkat dari pengalaman
konkret manusia dalam dunianya.
Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi
(merupakan hal yang ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi
proses abstraksi, sehingga yang
tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala
manusia ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek materialnya adalah
gejala "manusia tahu". Tugas
filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya.
Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"),
"kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas"
(versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi",
dari mana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan
menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh dilakukan
menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat
ilmu pengetahuan. Kekhususan gejala
ilmu pengetahuan terhadap gejala pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau
metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Objek
formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Yang menyangkut asal usul, struktur, metode, dan validitas ilmu[33].
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya
filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu
pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia.
- Problema Filsafat Ilmu
Problem filsafat Ilmu dibicarakan sejajar
dengan diskusi yang berkaitan dengan landasan pengembangan ilmu pengetahuan
yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Untuk Telaah tentang problema
substansi Filsafat Ilmu, yaitu substansi
yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3)
konfirmasi dan (4) logika inferensi.[34]
Permasalahan atau problema filsafat ilmu
mancakup ; pertama Problem
ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya
bertumpu pada landasan
ontologis (‘apa yang
terjadi’ - eksistensi suatu entitas) Kedua,
Problem epistemologi; adalah
bahasan tentang asal
muasal, sifat alami,
batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas,
reliabilitas sampai soal
kebenaran (bagaimana ilmu
diturunkan - metoda untuk
menghasilkan kebenaran) Ketiga, Problem aksiologi;
implikasi etis, aspek
estetis, pemaparan serta
penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu
dalam peradaban manusia. Ketiganya digunakan
sebagai landasan penelaahan ilmu[35]
- Fungsi dan Manfaat Filsafat Ilmu
Cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-model yang spesifik
dalam menggali dan meneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab musabab pertama dari gejala
ilmu pengetahuan. Di dalamnya mencakup paham tentang kepastian , kebenaran, dan
obyektifitas. Cara kerjanya bertitik tolak pada gejala – gejala pengetahuan mengadakan reduksi ke arah
intuisi para ilmuwan, sehingga kegiatan ilmu – ilmu itu dapat dimengerti sesuai
dengan kekhasannya masing-masing [36]
disinilah akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari filsafat ilmu.
Filsafat ilmu merupakan salah satu
cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa
dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
·
Sebagai alat mencari kebenaran
dari segala fenomena yang ada.
·
Mempertahankan, menunjang dan
melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
·
Memberikan pengertian tentang
cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
·
Memberikan ajaran tentang moral
dan etika yang berguna dalam kehidupan
·
Menjadi sumber inspirasi dan
pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti
ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah
untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori
sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu:
sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi
normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation
yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara
sederhana. Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah
• Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
• Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan
• Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu
terus-menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode
dan struktur ilmu)
• Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
• Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
• Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
H. KESIMPULAN
1.
Hakekat Filsafat
·
Secara bahasa
Philo/philia/philare yang artinya cinta, ingin, senang dan kata Sophia/sophos yang artinya ilmu,
kebijaksanaan atau pengetahuan. Jadi idzofahnya menjadi
filsafat/falsafah/filosofi yang artinya mencintai kebijaksanan pengetahuan dan
kenginan yang kuat akan ilmu pengetahuan. Jadi berfikir filsafat mengandung
makna berfikir tentang segala sesuatu yang ada secara kritis,
sistematis,tertib,rasional dan komprehensip
2.
Hakikat Filsafat Ilmu
a. Pengertian
Filsafat Ilmu
·
merupakan cabang
dari filsafat yang
secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep- konsep,
dan praanggapan-pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan
intelektual.
·
filsafat ilmu pada
dasarnya adalah ilmu
yang berbicara tentang
ilmu pengetahuan (science of
sciences) yang kedudukannya
di atas ilmu lainnya. Dalam
menyelesaikan kajiannya pada konsep ontologis.
,secara epistemologis dan tinjauan
ilmu secara aksiologis.
b. Karakteristik filsafat ilmu
·
Filsafat ilmu merupakan cabang
dari filsafat.
·
Filsafat ilmu
berusaha menelaah ilmu secara
filosofis dari berbagai sudut pandang
dengan sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah, sitematis
berpangkal pada metode ilmiah , analisis obyektif, etis dan falsafi atas
landasan ilmiah dan sikap konsisten
dalam membangun teori serta tindakan
ilmiah
3.
Objek filsafat ilmu
·
Objek material filsafat ilmu
adalah ilmu dengan segala gejalanya manusia untuk tahu.
·
Objek formal
filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan
filosofis, yaitu secara
ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai gejala dan upaya
pendekatannya.
4. Lingkup dan problema substansi filsafat
ilmu
·
Cakupannya pembahasan tentang
problema substansi landasan ontologis ilmu, epistemologi ilmu, dan pembahasan
mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.
5. Manfaat mempelajari filsafat ilmu
·
Semakin
kritis dalam sikap ilmiah
dan aktivitas ilmu/keilmuan
·
Menambah pemahaman yang
utuh mengenai ilmu
dan mampu menggunakan
pengetahuan tersebut sebagai
landasan dalam proses
pembelajaran dan penelitian ilmiah.
·
Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal
yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi.
·
Tidak terjebak dalam bahaya
arogansi intelektual
·
Merefleksikan, menguji,
mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan tetap bermain
dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu)
·
Mempertanggungjawabkan metode
keilmuan secara logis-rasional
·
Memecahkan masalah keilmuan
secara cerdas dan valid
·
Berpikir sintetis-aplikatif
(lintas ilmu-kontesktual)
DAftar Pustaka
Ahmad Charis,Z, Dimensi Etik dan
Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat Ilmu,
Yogyakarta:LESFI,2002
Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat
Umum, Bandung; Pustaka Setia , 1997
Alex Rosenberg,Philosophy of
Science A contemporary Iintroduction,
New york; Routledge,2010
Amsal bakhtiar , FIlsafat ilmu ,Jakart;Raja Grafindo, 2006
Anthony Preus, Historical
Dictionary of Ancient Greek Philosophy, The Scarecrow Press, Inc. Lanham, Maryland • Toronto • Plymouth, UK,
2007
Al Qur’an
dan Terjemahannya ,Jakarta: Depag, 1974
C. Verhaak dkk, FIlsafat Ilmu
Pengetahuan,Jakarta; Gramedia, 1995
Hamdani
Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka setia, Bandung, 2007
Harun
Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta; UIP,985
JB.
Blikolong,FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR;Seri diktat
kuliah Universitas
Gunadarma Jakarta, …
Jerome
R.Ravertz , Filsafat Ilmu;sejarah dan ruang lingkup bahasan, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2004
John Losee,A Historical
Introduction to the Philosophy of Science, Fourth edition, London;OXFORD
UNIVERSITY PRESS,….
Jujun
S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu ;sebuah pengantar
popular, Jakarta;Pustaka
Sinar Harapan , 2001
Juraid
Abdul Latif,M.Hum, Manusia Filsafar dan Sejarah,Jakart;Bumi Aksara, 2006
Lokisno
CW, Pengantar Filsafat, Bahan Presentasi kuliah
filsafat ilmu di Fakultas
Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya,..
M.Solihin,M.Ag,
Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern,Bandung;Pustaka Setia, 2007
Made
Pramono, S.S., M.Hum.Filsafat Ilmu, Bahan Presentasi kuliah Pascasarjana UNESA.
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu;ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan
logika Ilmu Pengetahuan Yogyakarta;Pustaka Pelajar,2010
Muhdhor
Achmad, Ilmu dan
Keingintahuan ,
Bandung; Trigendakarya,1994
Prasetyo ,
Flsafat Pendidikan,Bandung ;Pustaka Setia, 2002
Stathis Psillos and Martin Curd,Introduction;Histirical and philosophical
Context , Canada: Routledge, 2008
[2] Ahmad
Charis,Z, Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia;Kajian Filsafat
Ilmu, (Ogyakarta:LESFI,2002) 1.-15
[3] Juraid
Abdul Latif,M.Hum, Manusia Filsafar dan Sejarah,(Jakarta;Bumi Aksara, 2006) 13
[5] M.Solihin,M.Ag, Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern, (Bandung;Pustaka Setia,
2007) 23
[6] Pelopor
rasionalisme diantaranya Rene Descartes(1596-1650) dengan konsep co gito
ergu sum, Spinoza (1632-1677) ia merumuskan definisi, aksioma-aksioma,
proposisi dan penyimpulan dalam bidang kajian logika ilmu dan Leibniz(1646-
1716) ia menulis tentang Monadology
[7] Tokoh
pemikiran Empirisme adalah F.Bacon
(1210-1292) T.Hobbes(1588-1679) john lock(1632-1704) dan David Hume
(1711-1776) dan herbert Spencer
(1820-1903)
[8] Tokoh aliran positivisme ini ialah Agus compte (1798 – 1857) konsepsinya
mengatakan bahwa indera itu alat penting dalam proses pengetahuan ilmu dan
harus dipertajam dengan eksperimen.
[9] Kajian mengenai tata cara dan konsepsi
definisi dapat dikaji dalam ilmu logika dengan segala syarat dan ketentuan yang
dipersyaratkan agar definisi yang diungkapkan tepat dan benar, misalnya harus
mengandung unsur isi pengertian, luas pengertian, relevansi isi dan luas
pengertian, juga luas term. Harus juga memahami Jenis definisi (nominal dan
real) termasuk memahami aturan-aturan definisi( dapat dibolak-balik, tidak
boleh ada pengulangan dengan kata yang didefinisikan, bukan bernilai negative
dari kata yang didefinisikan, menyebut unsur-unsur utama secara lengkap,harus
seimbang , dan tidak boleh memuat kata-kata metafora (sumber; buku logika ilmu
menalar oleh Puspoprojo),
[10] Anthony Preus, Historical
Dictionary of Ancient Greek Philosophy, , The Scarecrow Press, Inc. Lanham, Maryland • Toronto • Plymouth,
UK, 2007)
[11] Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat
Pendidikan Islam, Pustaka setia, Bandung,
2007, Hal. 11
[12] Ahmad Syadali dan Mudzakir Filsafat Umum, 12
[14] Amsal bakhtiar, hal 5
[15] Dalam kajian pesantren banyak
kitab-kitab klasik mengungkapkan kalimat-kalimat tersebut, yang sempat misalnya
kitab al hikam, kitab nashoihul ibad, kitab tanbihul ghofilin, al ghunyah,
ihya’ulumuddin dan lain sebagainya. Dalam kajian-kajian kitab-kitab tersebut sering kali disebut
dengan ilmu hikmah. Dengan menggunakan kalimat yang sama dapat ditemukan juga
sebuah buku dengan judul ilmu hikmah yang dikarang oleh DR.Kharisudin Aqib,MA,
yang merupakan hasil tesis yang didalamnya merupakan penelitian konsep-konsep
akhlaq- tasawwuf thareqah sufistik pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
[19] Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu ;sebuah pengantar popular, (Jakarta;Pustaka Sinar
Harapan , 2001) 32
[20] Aliran –aliran filsafat sangat
banyak sekali,masing-masing literatur sangat beragam dalam menjelaskan jumlah
aliran dalam filsafat misalnya aliran eksistensialisme, fenomenologi,
nihilisme, materialisme, dan sebagainya.
[22] M. Solihin, Perkembangan
Pemikiran FIlsafat dari klasik hingga modern, h. 15
[23] Alex Rosenberg,Philosophy of Science A contemporary Iintroduction,(New york;
Routledge,2010) 4
[25] Jerome R.Ravertz , Filsafat
Ilmu;sejarah dan ruang lingkup bahasan,
(Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2004), 86
[26] Lokisno CW, Pengantar Filsafat, Bahan Presentasi kuliah filsafat ilmu di
Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya,
[27] John Losee,A Historical
Introduction to the Philosophy of Science, Fourth edition, (London;OXFORD UNIVERSITY
PRESS,….) .2
[28] ibid
[30] Stathis Psillos and Martin Curd , Introduction;Historical and philosophical Context ,Canada: Routledge,
2008) xix
[32] Mohammad Adib,Filsafat
Ilmu;ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan logika Ilmu Pengetahuan
(Yogyakarta;Pustaka Pelajar,2010) 53
[33] JB. Blikolong, FILSAFAT
ILMU SEBUAH PENGANTAR, (Seri diktat kuliah) Universitas Gunadarma Jakarta,
….., Hal. 7
[34] Lukkisno CW, Pengantar Filsafat Ilmu, Bahan
Presentasi kuliah Filsafat di
Fak.Ushuluddin, Bandingkan dengan buku Tahu dan Pengetahuan karangan Jujun S.
Suriasumantri penerbit OBOR Jakarta.
[35] Made Pramono,
S.S., M.Hum. Filsafat Ilmu,Bahan
Presentasi kuliah Pascasarjana UNESA.
[36] C. Verhaak dkk, FIlsafat Ilmu Pengetahuan,(Jakarta;
Gramedia, 1995) 107-108
Tidak ada komentar:
Posting Komentar